Menu

Translate

Bahaya Seafood dan Lobster

HIDUP SEHAT

Bahaya Seafood dan Lobster

BAHAYA DARI SHELLFISH/GOLONGAN kerang-kerangan ( tidak bersirip dan bersisik )


Bahaya Seafood dan Lobster
Bahaya Seafood dan Lobster
Telat diketahui sejak lama bahwa daing shellfish- udang, kepiting, kerang, lobster, remis, tiram/osyter, scallop, dll- adalah sangat berbahaya. Banyak penyakit, termasuk kelumpuhan secara tiba-tiba, menghancurkan orang setiap hari sebagai akibat makan shellfish.

Kolera terbesar di Amerika Serikat terjadi di Louisiana dari bulan Agustus sampai Oktober 1986. ( Tanda dari kolera adalah diarrhea, yang menyebabkan dihidrasi berlebihan, pingsan, hypotensi/tekanan darah rendah dan kematian ). Apa yang telah dimakan oleh orang-orang itu ?

Makanannya termasuk bihun dengan udang, daging babi, sayuran, sup kerang, darah babi yang dikoagulasi dengan cuka, dan udang asli dengan sayuran campur. 


Shellfish dapat ditempatkan dalam perairan yang terkontaminasi dengan bakteri kolera, dan mereka akan membersihkan air.

Terutama udang, tiram, kepiting, scallop dan kerang sangat efisien dalam hal ini.. Mereka menyaring volume air yang besar setiap hari. Sampah yang mengandung zat kimia , toksin dan bakteri berbahaya, parasit dan virus terkonsentrasi dalam shellfish, oleh karenanya disebut sebagai 'garbage collectors'/''pengumpul sampah' dan cockroaches of the sea'/'kecoa laut.'


Bagaimana Mengatasi Air yang tercemar.

Sampai batas-batas tertentu sebenarnya air secara alamiah akan mampu membersihkan zat pencemar tersebut. Namun karena jumlah zat pencemar berlebihan, maka kemampuan itu menjadi hilang. Sebagian zat pencemar akan terus ikut aliran air sungai, sehingga mencapai laut. Di laut kadar zat pencemar semakin kecil dan tidak membahayakan kelangsungan hidup maupun distribusi komunitas laut. Namun kalau pencemaran tersebut terjadi berkepanjangan, komunitas dipantai ataupun muara sungai akan terganggu.

Ada beberapa jenis hewan laut yang dapat dipergunakan untuk indikator terhadap terjadinya pencemaran air laut. Beberapa jenis kerang dapat tahan terhadap terjadinya pencemaran air raksa. Bahkan zat-zat pencemar air dapat berada dalam tubuh kerang hingga tingkat kadar tertentu. Bila telah mencapai kadar yang cukup tinggi, kerang akan mati. Bila kerangpun telah punah, berarti pencemarannya telah mencapai tingkat yang sangat membahayakan. ( Sains Biologi )

Penyebab kolera dibeberapa daerah disebabkan oleh udang, kepiting, tiram, dan kerang yang terkontaminasi. Kolera yang pernah terjadi di Amerika Tengah berhubungan dengan shellfish. Semuanya ini menyebabkan seorang ilmuwan berkata, " daging Shellfish adalah tempat organisme penyebab penyakit.
Suatu studi kasus terkontrol telah menunjukkan bahwa pasien, dibandingkan dengan orang-orang yang tidak sakit, telah makan kepiting dimasak atau udang matang atau mentah dalam minggu sebelum sakit.

Penemuan ini terjadi diseluruh dunia. Dalkam studi lain, 20% dari 559 sukarelawan yang tidak sakit, tetapi makan ikan berkulit/shellfish secara teratur, terdapat bukti serologis (perubahan dalam darah yang terindikasi telah terkena bakteria ) dari kolera. Mereka terinfeksi oleh makanan yang mereka makan. Resistensi para sukarelawan, atau mungkin jenis kolera yang kurang toksik, telah mencegah gejala-gejala serius atau kematian. 

Ketika membaca semua ini, Anda mungkin tidak heranbahwa Hukum California mengusulkan satu peraturan yang mengharuskan industri makanan untuk memberi label shellfish dengan pesan, "Makanan ini mungkin berbahaya bagi kesehatan"


Mengotori diri kita dengan makan shellfish-atau daging kotor lainnya-sama seperti bermain roulette Russia atau perilaku seksual yang tidak baik.

Walaupun  SHELLFISH dan LOBSTER membersihkan air, kita tidak mau makan apa yang mereka bersihkan! Bukankah kita tidak mau ?


Dengan demikian kita menjadi terkejut bahwa menolak hewan pemakan bangkai, menjadi lebih mudah dari apa yang kita bayangkan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar, Moderasi diaktifkan untuk menghindari spam, secepatnya pesan akan dibalas setelah terbaca. Terimakasih

© Raja Madu Madu Raja